May 25, 2008

Membuat Film Dokumenter (1)

Kita masih sering mendengar asumsi miring dari sejumlah kalangan bahwa film-film dokumenter yang dibuat di sejumlah stasiun televisi hanyalah feature TV. Atau, paling jauh semi-dokumenter. Kenapa?

Alasannya, menyangkut proses riset yang dianggap terlalu sederhana, waktu penggarapan yang tergopoh-gopoh, atau pendekatan produksi yang masih dalam suasana media cetak. Ketiga alasan itu, tentu saja, dihubungkan dengan situasi penggarapan film dokumenter independen, yang biasanya menelan waktu yang panjang untuk riset dan penggarapan.

Ada banyak buku yang membahas soal definisi film dokumenter. Ada banyak pakar film dokumenter yang rajin mendiskusikan dan menyosialisasikannya ke masyarakat luas. Ada banyak bertumbuhan komunitas-komunitas pembuat film dokumenter, sambil berkarya, berfestival, dan mengapresiasinya dalam suasana kesenian. Namun, kesemuanya lebih mengarah pada film dokumenter independen. Belum menyinggung pada program dokumenter televisi.

Kalaupun seseorang bicara tentang program dokumenter di sebuah stasiun televisi, maka arah pembicaraan langsung mengarah ke kanal televisi berlangganan Discovery Channel atau National Geographic Channel. Karena, kedua kanal itulah yang menjadi barometer program dokumenter televisi.


Ketika pembicaraan menajam ke soal perbedaan film dokumenter independen dan program dokumenter televisi (versi Discovery Channel atau National Geographic Channel), biasanya hanya memunculkan asumsi-asumsi. Salah satunya adalah persoalan menggunakan narasi dan memaksimalkan video effect atau sound effect. Karena, pada film dokumenter independen cenderung meminimalisir penggunaan narasi atau video effect, dan berusaha menampilkan cerita sealami mungkin.[]

No comments: