December 10, 2010

tayangan video mirip ARTIS

Gegar kasus video porno yang diduga dimainkan Ariel "Peterpan", Luna Maya, dan Cut Tari, sesungguhnya bukan sekedar menghindangkan sensasi dan aroma kepentingan media yang memburu rating dan share. Di balik itu, media itu tengah mempertaruhkan objektivitas dan kearifannya.

Beranjak dari pemikiran "sederhana" itu, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, syaiful HALIM, penulis Gado-gado Sang Jurnalis: Rundown Wartawan Ecek-ecek dan Memotret Khatulistiwa, akan menghidangkan buku paling baru bertajuk: TAYANGAN VIDEO MIRIP ARTIS--Pertarungan Objektivitas dan Kearifan Media.

Seperti juga buku-buku terdahulu, kali ini sang penulis akan tetap dengan gaya bertuturnya untuk mengungkapkan delapan kekeliruan media dalam memilih dan mengemas tema kasus video porno itu.[]

April 28, 2010

Bedah Buku di Institut Manajemen Telkom

Institut Manajemen Telkom Bandung, Jawa Barat, Sabtu (24/04), menjadi perjalanan ke sekian roadshow buku GADO-GADO sang jurnalis: rundown WARTAWAN ECEK-ECEK ke berbagai kampus di Jakarta dan kota-kota lain di Tanah Air. Kali ini, sang penulis, syaiful HALIM, mengupas secara rinci berbgai segi terkait isi buku dan pengalamannya selama di lapangan di hadapan sekitar 120 mahasiswa.

"Bentrokan antara Satpol PP dan warga kawasan Koja di Jakarta beberapa waktu lalu merupakan reality show paling dasyat yang dihadirkan stasiun-stasiun televisi," jelas syaiful HALIM. "Bahkan dua stasiun televisi menyiarkan secara live. Artinya, bidang pekerjaan yang digeluti para jurnalis televisi mendapat tempat yang luar biasa bagi masyarakat kita."

Selanjutnya, sang Wartawan Ecek-Ecek makin bersemangat merinci peran jurnalisme televisi dan kiprah para jurnalis televisinya. Sesekali ia menghubungkan penjelasan menyangkut berbagai kasus hangat di layar kaca, seperti kasus cinta segi tiga TVone--Mabes Polri--Andris terkait dugaan rekayasa narasumber atau "mafia" berita, dengan isi buku. Isu-isu hangat seputar peliputan tragedi peledakan bom di kawasan Mega Kuningan dan daerah-daerah konflik yang pernah didatanginya pun tak luput dari pembahasan.

"Di tengah keprihatinan krisis keuangan global, campur tangan pemilik modal terhadap kiprah lembaga pers di masing-masing stasiun televisi, dan juga kecemasan akan masa depan stasiun televisi nasional setelah Undang-Undang Penyiaran diberlakukan, jurnalis televisi akan tetap memiliki tempat," tandas syaiful HALIM. "Namun, para calon-calon jurnalis televisi harus memiliki bekal yang memadai, tidak asal-asalan, berharap kebaikan para senior, atau keberutungan. Tapi, kesiapan mental dan ilmu."

Sesi tanya jawab pada bedah buku itu menjadi kesempatan para peserta untuk menggali lebih dalam mengenai berbagai permasalahan jurnalisme televisi. Tanya-jawab pun berlangsung dengan semarak dan penuh antusias. Para peserta seakan tidak melepaskan kesempatan kehadiran sang Penulis yang sengaja datang Jakarta. Mereka bukan hanya mengkritisi isi buku, tapi juga mencoba merespon seluruh permasalahan media massa dengan penuh gairah. "Ampun, pertanyaannya susah-susah," ujar syaiful HALIM.

Sang Penulis pun dengan sabar menjawab--kerap diselingi guyon-guyon cerdas--sambil dihubungkin ke dalam bagian buku yang ditulisnya selama tiga bulan itu. Yang pasti, jelas syaiful HALIM, buku tersebut membuat inspirasi yang sangat penting bagi para peminat dunia jurnalistik atau calon-calon jurnalis televisi. "Selain itu, buku ini memaparkan pengetahuan berharga jurnalisme televisi secara teori dan praktik. Khususnya, menyangkut teknik peliputan di berbagai bidang masalah," tambahnya.

Bahkan, kata syaiful HALIM, buku itu pun mengungkapkan pembekalan sebagai produser program harian atau program khusus. "Bahkan, ketika sang jurnalis televisi bersiap-siap membidik kesibukan lain. Yang pasti, jurnalis televisi akan selalu mendapat tempat dan menghamparkan kenikmatan petualangan nan tiada tara," tegasnya disambut tepuk tangan para peserta.

Dalam acara yang dimoderatori Kaprodi Ilmu Komunkasi Refi Rifaldi Windya Giri tersebut memang sangat hidup. Waktu yang sekitar tiga jam terasa begitu pendek. Terbukti, para peserta yang balageur itu tetap duduk manis hingga acara usai, dan sempat memburu sang Penulis untuk mempertanyakan banyak hal. Konon, sebelum acara berlangsung, sejumlah mahasiswa sempat urunan untuk membeli buku tersebut. Wah![]

April 16, 2010

TERBIT, MEMOTRET KHATULISTIWA


Seakan sekuel buku terdahulu, Memotret Khatulistiwa menjabarkan perjalanan penulisnya saat memproduksi dokumenter televisi di sejumlah daerah terpencil. Dalam buku Gado-Gado Sang Jurnalis, ia menyinggung teknis produksi program khusus dan kiprahnya sebagai kreator. Termasuk, mengungkap kedekatan sang Penulis dengan beberapa komunitas adat dan situs-situs prasejarah di Tanah Air.

Dengan tagline "Panduan Praktis Produksi Dokumenter Televisi", Memotret Khatulistiwa menawarkan empat hal utama, yakni feature bergenre laporan perjalanan yang murni petualangan, catatan the making of atau produksi program dokumenter POTRET di SCTV, sekilas etnografi atau penggambaran wajah suku-suku atau etnik di Tanah Air--kajian Ilmu Antropologi--dan pelukisan situs-situs arkeologis di pelosok negeri --kajian Ilmu Arkeologi.

Selain itu, Memotret Khatulistiwa pun diperkaya konsep online journalism ala John Vernon Pavik, akademisi Amerika Serikat yang memberikan sumbangsih besar dengan ide multimedialitas, hipetekstualitas, dan interaktivitas. Buku ini uga mencantumkan LINK VIDEO TERKAIT, yang memungkinkan pembaca melihat video dari setiap pembahsan di portal liputan6.com. Bahkan, blog gado-gado SANG JURNALIS pun telah mencantumkan setiap alamat video-video itu.

So, saatnya memburu Memotret Khatulistiwa!

February 7, 2010

Menanti "Memotret Khatulistiwa"

Setelah Gado-Gado Sang Jurnalis: Rundown Wartawan Ecek-Ecek, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi Gramata Publishing akan meluncurkan buku terbaru syaiful HALIM, Memotret Khatulistiwa.

Seakan sekuel buku terdahulu, Memotret Khatulistiwa menjabarkan perjalanan sang Penulis saat memproduksi dokumenter televisi di sejumlah daerah terpencil --dalam buku Gado-Gado Sang Jurnalis, sang Penulis menyinggung teknis produksi program khusus dan kiprahnya sebagai kreator. Termasuk, mengungkap kedekatan sang Penulis dengan beberapa komunitas adat dan situs-situs prasejarah di Tanah Air.

Dengan tagline "Catatan Petualangan dan Pembuatan Film Dokumenter tentang Komunitas Adat dan Situs Arkeologis", Memotret Khatulistiwa menawarkan empat hal utama, yakni feature bergenre laporan perjalanan yang murni petualangan, catatan the making of atau produksi program dokumenter POTRET di SCTV, sekilas etnografi atau penggambaran wajah suku-suku atau etnik di Tanah Air --kajian Ilmu Antropologi, dan pelukisan situs-situs arkeologis di pelosok negeri --kajian Ilmu Arkeologi.

Seperti juga buku terdahulunya, kali ini pun syaiful HALIM tetap memainkan sejumlah sudut pandang untuk mengolah data plus dengan gaya bahasa yang ringan dan cenderung popular. Sehingga, materi yang berat dan dalam menjadi terasa ringan dan layak dikunyah oleh kalangan pembaca awam sekali pun.

Ingin menjadi dari bagian petualangan para kreator POTRET itu? Nantikan kehadiran Memotret Khatulistiwa sesaat lagi. So, stay tune in this blog.[]