Institut Manajemen Telkom Bandung, Jawa Barat, Sabtu (24/04), menjadi perjalanan ke sekian
roadshow buku
GADO-GADO sang jurnalis: rundown WARTAWAN ECEK-ECEK ke berbagai kampus di Jakarta dan kota-kota lain di Tanah Air. Kali ini, sang penulis,
syaiful HALIM, mengupas secara rinci berbgai segi terkait isi buku dan pengalamannya selama di lapangan di hadapan sekitar 120 mahasiswa.
"Bentrokan antara Satpol PP dan warga kawasan Koja di Jakarta beberapa waktu lalu merupakan reality show paling dasyat yang dihadirkan stasiun-stasiun televisi," jelas syaiful HALIM. "Bahkan dua stasiun televisi menyiarkan secara live. Artinya, bidang pekerjaan yang digeluti para jurnalis televisi mendapat tempat yang luar biasa bagi masyarakat kita."
Selanjutnya, sang Wartawan Ecek-Ecek makin bersemangat merinci peran jurnalisme televisi dan kiprah para jurnalis televisinya. Sesekali ia menghubungkan penjelasan menyangkut berbagai kasus hangat di layar kaca, seperti kasus cinta segi tiga TVone--Mabes Polri--Andris terkait dugaan rekayasa narasumber atau "mafia" berita, dengan isi buku. Isu-isu hangat seputar peliputan tragedi peledakan bom di kawasan Mega Kuningan dan daerah-daerah konflik yang pernah didatanginya pun tak luput dari pembahasan.
"Di tengah keprihatinan krisis keuangan global, campur tangan pemilik modal terhadap kiprah lembaga pers di masing-masing stasiun televisi, dan juga kecemasan akan masa depan stasiun televisi nasional setelah Undang-Undang Penyiaran diberlakukan, jurnalis televisi akan tetap memiliki tempat," tandas syaiful HALIM. "Namun, para calon-calon jurnalis televisi harus memiliki bekal yang memadai, tidak asal-asalan, berharap kebaikan para senior, atau keberutungan. Tapi, kesiapan mental dan ilmu."
Sesi tanya jawab pada bedah buku itu menjadi kesempatan para peserta untuk menggali lebih dalam mengenai berbagai permasalahan jurnalisme televisi. Tanya-jawab pun berlangsung dengan semarak dan penuh antusias. Para peserta seakan tidak melepaskan kesempatan kehadiran sang Penulis yang sengaja datang Jakarta. Mereka bukan hanya mengkritisi isi buku, tapi juga mencoba merespon seluruh permasalahan media massa dengan penuh gairah. "Ampun, pertanyaannya susah-susah," ujar syaiful HALIM.
Sang Penulis pun dengan sabar menjawab--kerap diselingi guyon-guyon cerdas--sambil dihubungkin ke dalam bagian buku yang ditulisnya selama tiga bulan itu. Yang pasti, jelas syaiful HALIM, buku tersebut membuat inspirasi yang sangat penting bagi para peminat dunia jurnalistik atau calon-calon jurnalis televisi. "Selain itu, buku ini memaparkan pengetahuan berharga jurnalisme televisi secara teori dan praktik. Khususnya, menyangkut teknik peliputan di berbagai bidang masalah," tambahnya.
Bahkan, kata syaiful HALIM, buku itu pun mengungkapkan pembekalan sebagai produser program harian atau program khusus. "Bahkan, ketika sang jurnalis televisi bersiap-siap membidik kesibukan lain. Yang pasti, jurnalis televisi akan selalu mendapat tempat dan menghamparkan kenikmatan petualangan nan tiada tara," tegasnya disambut tepuk tangan para peserta.
Dalam acara yang dimoderatori Kaprodi Ilmu Komunkasi Refi Rifaldi Windya Giri tersebut memang sangat hidup. Waktu yang sekitar tiga jam terasa begitu pendek. Terbukti, para peserta yang balageur itu tetap duduk manis hingga acara usai, dan sempat memburu sang Penulis untuk mempertanyakan banyak hal. Konon, sebelum acara berlangsung, sejumlah mahasiswa sempat urunan untuk membeli buku tersebut. Wah![]